Selasa, 21 April 2009

KABUT

Kisah hidup seorang dengan yang lain tak akan pernah sama, tetapi setiap orang selalu menganggap bahwa kisah hidupnya yang paling susah dan suram, ini adalah sepenggal kisah tentang hidupku dan arti hidupku.
Aku pernah dan bahkan sering putus asa akan jalan hidup ini, aku sudah tidak sayang pada diriku sendiri dan nyawaku, aku sering berpikir untuk segera mengakhiri hidupku, tapi aku masih memilih jalan yang baik untuk bunuh diri bukan bunuh diri seperti yang ada di berita-berita tapi aku ingin yang lebih indah dan berarti sebelum aku mati. Aneh memang, mau bunuh diri tapi milih-milih, ya itulah aku, dan karena momen dan tempat/situasi tidak pernah kutemui dan butuh biaya tuk melakukan itu dan yang penting aku dapat diingat karena kejadian yang akan aneh itu, he he he.
Kita lupakan itu sejenak, ini kelanjutan dari kisahku, hidupku ini seperti berada di tengah kabut yang sangat tebal dan karena tebal itu aku tidak dapat melihat jalan hidupku, jalan mana yang harus aku pilih, aku tak tahu kemana kakiku harus melangkah, jalanpun tidak kelihatan, ibaratnya kalau aku melangkah ke depan atau belakang, ke kanan atau kiri, aku tak tahu apakah langkah kakiku melangkah dengan benar, karena mungkin aku melangkah menuju jurang. Akankah aku berlari? Jalan saja tidak kelihatan jalannya apalagi berlari! Aku hanya bisa diam tak bergerak, tapi jika aku diam aku akan mati perlahan-lahan karena itu kabut asap yang akan membuat aku mati karena tidak bisa bernafas. Apa yang harus kulakukan aku tak tahu. Sampai disinikah kisahku? Tidak, setidaknya aku harus melakukan hal yang berguna untuk sesamaku.
Oh ya kita sambung yang dulu lagi, aku juga berpikir untuk mendonorkan tubuhku ini jika aku mati, tetapi hanya organ tubuhku yang di dalam termasuk mata. Aku tidak tahu ini putus asa atau apa? Yang aku tahu aku ingin memberikan sesuatu yang berguna bagi sesama walau aku telah tiada.
Kita sambung lagi, akankah aku akan mati sia-sia? Tidak, aku tidak mau. Saat itu aku ingat Tuhan dan aku berdoa, “ Tuhan tunjukan jalan untukku, aku mohon, berilah aku petunjuk agar aku bisa melewati kabut tebal ini, aku berdoa dan berdoa berulang-ulang sampai aku berhenti berdoa dan bepasrah diri pada Tuhan. Aku membuka mataku dan apa yang terjadi, kabut itu masih ada dan semakin tebal, jalanpun masih belum terlihat, ternyata Tuhan tidak menjawab doaku. Akupun terdiam tak bergerak dan tiba-tiba aku tersadar bahwa kabut yang mengelilingiku itu tidak membuat aku susah bernafas melainkan membuat aku merasa segar bernafas, ternyata kabut itu adalah embun pagi atau titik-titik air bukan asap lagi, aku bersyukur bisa bernafas dengan lega kembali.
Tetapi jalan masih belum aku temukan, aku masuk dalam kebingungan lagi, karena aku masih galau dan meragukanNya, dan aku berdoa lagi, setelah selesai kabut itu masih ada dan aku berpikir dan merenung, kabut itu tidak berbahaya buatku kalau aku memulai melangkah dan aku mulai melangkahkan kakiku ini dan aku baru tersadar bahwa Tuhan ingin aku tuk berusaha karena Dia telah menuntunku tuk melihat jalanku, Dia ingin aku bergerak bukan hanya diam walau itu cuma berjalan bukan berlari karena Dia ingin aku untuk berjalan dengan pasti bukan berlari karena takut tersandung, dan aku semakin sadar kalau kabut itu akan pergi ketika pagi menjelang karena ada terang yang akan menyinari dan menuntunku melangkah lebih pasti lagi, sekarang aku baru mengerti hidupku ini bukan diselimuti kabut asap tapi kabut pagi, saat ini telah kulihat jalanku dan perlahan-lahan kulihat jauh disana ada titik terang yang harus kutuju. Aku mengerti kenapa aku mengalami hal seperti ini, karena Tuhan ingin aku kembali padanya dan percaya padanya bahwa aku masih ada jalan tuk dilalui bersamaNya di dalam hidup ini, terima kasih Tuhan, suatu saat aku pasti bisa berlari bersamaMu.





Dari
Kesesakan
Aku diberikan
Kesejukan

Dari
Kebimbangan
Aku diberikan
Kepastian

Dari
Kebuntuan
Aku diberikan
Jalan

Tidak ada komentar: