Selasa, 21 April 2009

MERAWAT

Ketika ayahku sakit, ibuku selalu menjaganya dengan baik,walaupun ibu tahu kalau ayah akan segera meninggalkan kami. Ayah menderita penyakit lever yang parah, ia sudah tidak mau untuk berobat lagi, ia tidak menyerah pada penyakitnya tetapi ia tahu betapa parah penyakitnya itu dan ia mengetahui keadaan dirinya yang sudah lemah, ia hanya pasrah. Saya sebagai anaknya tidak bisa berbuat apa-apa terutama ibu yang selalu menangis jika melihat kondisi ayah yang semakin menurun. Untuk orang seumur ayah, mungkin ayah sudah tergolong tua karena teman-teman ayah sudah banyak yang meninggal.
Pada hari sabtu ayah meninggal, sebelumnya ia berpamitan pada kami anak-anaknya beserta ibu, agar menjaga ibu dengan baik, dan ibu merelakan kepergian ayah kami, setelah sekian lama ibu merawatnya, ibu sadar bahwa ayah sekarang bisa lepas dari penyakitnya itu.
Lalu aku mulai menghubungi sanak famili untuk memberitahukan kalau ayah sudah meninggal, tetapi yang saya heran adalah ketika saya menelepon teman ayah dengan jawaban yang aneh dari teman ayah itu.
“ Halo, dengan bapak Stefanus ?
“ Benar, saya sendiri, dengan siapa saya bicara ?
“ Saya tio, anak bapak Sutomo, saya ingin memberitahukan bahwa bapak hari ini meninggal .”
Jawab pak Stefanus,” Saya sudah tahu, karena saya yang merawatnya selama ia sakit .”
Akupun bingung dan tidak sengaja menutup teleponnya, karena teman ayah sudah mengetahui kabar itu. Lalu aku berpikir sejenak, dari mana pak Stefanus tahu kalau ayah meninggal, padahal ayah meninggal baru saja dan saya baru menghubungi kerabat dekat saja, lalu aku bertanya kepada ibu siapa pak Stefanus itu, ibu menerangkan bahwa pak Stefanus itu teman akrab ayah dari masih muda, lalu aku juga menanyakan pada ibu, apakah pak Stefanus itu pernah datang kesini dan merawat ayah, karena beliau bilang kalau ia yang merawatnya.
Ibu heran mendengarnya, yang ibu tahu teman ayah itu sudah lama sekali tidak berkunjung ke rumah, apalagi merawat ayah ketika ayah sakit, lalu ibu mengusulkan untuk menelepon kembali ke rumah pak Stefanus.
Ketika aku menelepon kembali ke rumah itu, yang mengangkat perempuan dan ketika aku menanyakan dan ingin berbicara dengan pak Stefanus, perempuan itu menjawab,” Maaf, pak Stefanus sudah meninggal 2 bulan yang lalu .”
Aku kaget seketika,lalu siapa yang berbicara denganku waktu itu, dan dengan spontan kubilang,” maaf, saya tidak tahu.”
Dan dengan tegesa-gesa aku langsung menutup teleponnya. Lalu kuberitahukan hal ini pada ibu dan ibu pun terkejut mendengarnya. Tapi lalu tersenyum padaku dan ia bilang begini,” ayah memiliki teman yang baik, sehingga ia mau “ merawat ” ayah dan “ menemani “ ayah, mungkin karena kesepian dan rindu pada sahabatnya itu. Maka ia datang untuk “ menjenguk “ sekaligus “ menjemput “ ayah.
Lalu aku berpikir sejenak dan mengeluarkan kata-kata dengan pelan,” ayah, sekarang ayah bisa tenang karena ada teman ayah yang merawat “ disana .”

Jangan kau mencari apa arti Cinta itu
Karena kau takan pernah tahu,
Tetapi
Biarlah Cinta itu sendiri
Yang memasuki hidupmu
Dan
Membuatmu lebih mengerti
Kenapa Cinta bisa membuat
Hidup lebih bermakna

Tidak ada komentar: